Kamis, 17 Oktober 2013

paragraf ini, terinspirasi dari kisah nyata seorang sahabat :(

Tampak dari kaca bening di sisi lorong, deretan panjang tempat tidur beroda. Di atas tempat tidur beroda nomor 14, sesosok ibu berbaring tak berdaya. Dengan sabar, sang suami mengayunkan kipas tangan, berharap angin yang ditimbulkan berhembus semilir membelai tubuh sang istri. Tubuh yang dulu bugar berisi kini tinggal kulit membalut tulang. Seorang lelaki bernama Ravki mendekati nomor 14 yang tertempel di tembok, kemudian terduduk lemah di lantai. Ravki tak kuasa menahan aliran air mata. Kanker dalam tubuh ibunya ternyata tak lagi dapat dikendalikan laju pertumbuhannya. Payudara, paru-paru, dan tulang belakang tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Ayah Ravki menghampiri Ravki sambil tersenyum, menepuk punggung dan mengisyaratkan Ravki untuk bangkit.

Satu Inchi Sisi Kota Yogyakarta


Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu wilayah setingkat provinsi yang terletak di Pulau Jawa. DIY merupakan wilayah berbentuk kerajaan yang dikepalai oleh seorang sultan. Saat ini, DIY dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. DIY berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah selatan, dan Provinsi Jawa Tengah di sisi yang lain. DIY memiliki empat kabupaten, yaitu Gunungkidul, Bantul, Sleman, dan Kulon Progo, serta satu kotamadya, yaitu Yogyakarta.
Kota Yogyakarta merupakan jantung Daerah Istimewa Yogyakarta. Terletak di kota inilah as roda pemerintahan DIY. Titik nol kilometer Kota Yogyakarta terletak di depan pintu masuk Alun-alun Utara sebelah utara. Alun-alun Utara adalah lapangan besar dengan sepasang pohon beringin di tengahnya, yang terletak di sebelah utara Kraton Yogyakarta. Di kawasan Kraton dan Alun-alun Utara inilah tradisi tahunan Sekaten digelar. Selain sebagai pusat pemerintahan, di kota ini juga terdapat kegiatan perekonomian, tempat hiburan, dan tempat atau bangunan bersejarah. 
Salah satu bangunan bersejarah di Kota Yogyakarta yang kurang terambah, bahkan tidak banyak yang tahu, adalah bangunan yang dikenal dengan sebutan “Gereja Gothic Sayidan”. Bangunan ini terlihat jelas dari jembatan Sayidan. Jika akan menuju ke sana, ambil arah selatan di perempatan Gondomanan, masuk gang ke timur tepat setelah lampu lalulintas pertama. Kemungkinan bangunan itu sudah berdiri sejak jaman Hindia Belanda. Hal itu terlihat dari bentuk bangunan yang bergaya Eropa. Dari kejauhan terlihat ada Patung Yesus yang mengangkat tangan, seolah-olah memberikan berkat bagi semua makhluk yang melihat.





*Belum ada foto, akan segera menyusul*
:D