Senin, 11 April 2011

Deskripsikan sendiri imajinasimu!

Seorang lelaki kekar yang berada di tengah itu mengayunkan cemetinya untuk menggerakkan keempat anak buahnya. Berkendara kuda, mereka berlima berputar mencari jalan menggejar yang kehidupan yang sejati. Nyawa yang ke-sembilan masih dalam bayang-bayang semu. Demi nyawa itulah kuda-kuda dipacu dengan kencang tanpa ampun. Keempat prajurit tak mengedipkan mata sedikitpun, selalu mengikuti arah telunjuk sang prabu pembawa cemeti. Bintang bersudut tujuh yang menjadi penuntun kadang menghilang, memecah konsentrasi, menimbulkan perang dalam rombongan,namun sembah sujud para prajurit dalam setiap lirikan sang prabu menunjukkan kesetiaan dan kekompakan yang menyatu. Kuda liar yang melenggak-lenggok indah terkendali oleh tali yang melilit pada lehernya. Setiap tarikan tangan para pemburu nyawa itu mempesona kilatan petir yang kembali memecah konsentrasi, memojokkan setiap pemacu kuda, menggugah perang kembali. Ketegasan sang prabu pemburu nyawa menghujamkan pedang pada permukaan tanah menyatukan kembali sembah sujud para prajurit. Ketenangan perjuangan tertatih oleh iblis tanpa wujud, yang justru menyatukan mereka. Pergulatan dengan si angkuh yang tak menampakkan diri membuat para pemburu nyawa ini berpencar. Sang bintang bersudut tujuh tetap menanti ketegaran para pemburu nyawa. Setiap langkah kaki selalu disi dengan kemunculan iblis tak berwujud dan muncul hilangnya sang bintang penuntunjalan.

Perjalanan tetap berlanjut, meski tetap selalu terbawa emosi karena terpecah konsentrasi. Mata-mata prajurit kembali diharuskan menatap telunjuk sang prabu, deni nyawa ke-sembilan, demi kekekalan kehidupan. Di ujung dunia tampak bintang bersudut tujuh itu berhenti, seakan hendak menghirup bening danau. Cahaya yang memancar menundukkan kepala para pemburunyawa, menurunkan mereka dari kuda-kuda liar, menuntun mereka menyembah gemulai. Sang prabu yang berada di barisan paling depan seakan dipaksa menatap silau cahaya pelindung nyawa ke-sembilan itu. Perlahan para pemburu nyawa meletakkan kuda-kuda liar dalam sandaran tanah, dan melangkahkan kaki maju untuk meraih untaian nyawa ke-sembilan itu. Kembali kekompakan antara prabu dan prajurit terlihat dengan kebersamaan menyangga keutuhan nyawa ke-sembilan itu. Diikatkan pada kuda sang prabu, para pemburu kembali mengangkat tangan untuk melakukan sembah pada sang bintang bersudut tujuh. Kuda-kuda liar kembali dipacu berbalik arah. Sesekali menoleh seakan mengucap terimakasih pada sang bintang bersudut tujuh itu. Ketenangan dan senyum bangga menaungi setiap langkah kaki kuda yang seakan tahu bahwa kedamaian dalam kehidupan kekal telah berada di ujung mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar