Persahabatan itu sederhana,,,
Persahabatan itu menghargai sisi kehidupan sahabatnya. Iya, di satu sisi aku bersahabat dengan Ajeng,
Arom, dan Nami (read persahabatan itu sederhana part 1). Di sisi lain aku juga punya
kehidupan dengan sahabat yang lain. Di situlah indahnya, kami menghargai
sisi-sisi lain kehidupan sahabat kami.
Persahabatan itu sederhana,,,
Sesederhana pertemuan dalam
kotak-kotak tembok yang disebut kost. Aku berteman dekat, dan sudah ku beri
predikat sahabat dengan seorang perempuan yang keren, bernama Sri
(@SheSirHartini on twitter). Dia begitu keibuan, dia baik hati dan gak banyak
bicara. Hingga suatu saat, ketika dia sudah menyelesaikan kuliahnya, ia harus
kembali ke kampung halamannya. Stress berat, iya. Berasa sendiri dan tak punya
teman. Dan kerennya, kami tetap menjalin komunikasi.
|
Persahabatan itu sederhana,,,
Sesederhana pertemuan tak
sengaja.
Sepeninggalan Sri ke kampung
halaman, sahabat memang tak ada, tapi teman tetap ada. Dari pertemanan,
akhirnya aku berani memberi predikat sahabat untuk Della (@a_della25), Putri
(@puputrikurnia), Khares (@Vacomia), dan Fia (@PiaPunyaTwit). Mereka adalah
teman satu kost.
Pada suatu malam, kami merasa
bosan dan berhasrat refresh pikiran. Kami berlima akhirnya memutuskan pergi ke
salah satu sudut di kota Yogyakarta. Jembatan Amerta.
Di Jembatan Amerta, banyak
cowok-cowok “aneh” nongkrong. Karena kami agak takut, maka kami memutuskan sms
seorang teman cowok untuk menemani kami di sana. Datanglah dua orang, Eka Zonk
dan Fendi Ganden. Tak banyak yang kami lakukan, hanya foto-foto dan ngobrol
ngalor ngidul. Ngobrol gak jelas yang menelurkan suatu rencana untuk main ke
pantai bareng. Iya, rencana spontan dan tak sengaja.
Pertemuan singkat yang
menghasilkan sebuah rencana itu akhirnya memunculkan ide, kami cewek-cewek gak
mau bawa motor. Maka mereka berdua (Zonk dan Ganden) harus mencari tiga cowok
lagi untuk memboncengkan kami nantinya.
Dalam perjalanan waktu menanti
hari main itu, Fia ternyata harus pulang (duhh, semacam ajang pencarian bakat),
bukan, Fia pulang kampung karena sudah lulus. Dan memastikan bahwa hari H nanti
dia tak bisa ikut ke pantai.
Sampai hari H main itu, singkat
cerita akhirnya kami berangkat. Aku, Khares, Della, Putri, Zonk, dan Ganden,
yang akhirnya mengusung Fajar Gambyeng (Mas Fa @fadjar_garenk on twitter),
Yudha Kuncung, dan Mas Bita, dan mengajak seorang Novian menggantikan Fia.
Kami menyusuri beberapa pantai
terkenal di Gunungkidul.
Di sanalah kebersamaan itu mulai
terjalin. Bahkan mengakui gak mengakui (karena aku bisa membaca) ada benih
kasih sayang diantara kami. Tentu kasih sayang dipandang dengan sudut keluarga.
Entah dari mana, dari segi mana perasaan itu
muncul. Yang jelas begitulah hari-hari kami semakin dekat dan merasa menjadi
bagian satu sama lain.
Dan kebersamaan kami teramat
singkat. Putri dan Della harus pulang ke kampung halaman mereka, ya, karena
memang sudah waktunya. Untuk perpisahan itu kami merencanakan satu perpisahan.
Tidak, tidak mewah, tidak
melukiskan perpisahan, hanya kami ingin bersama. Mencerminkan kedekatan kami.
Sayang, Mas Fa dan Khares gak bisa ikut. Tapi di sini kami mempunyai satu
anggota keluarga baru. Yanuar (dedek Yanu).
Kami menghabiskan satu malam di
kota Yogyakarta. Kami mengawali dengan buka puasa bersama, kemudian ke tugu. Ke
tengah tugu, dan berfoto di sana. Makan di lesehan sebelah tugu, es krim Mc.
Donald sebelah jembatan Code. Kemudian kembali kami mengulangi moment di
Jembatan Amerta, Air Mancur Adipura, Tugu Yogyakarta Berhati Nyaman. Kembali ke
Tugu melihat salah satu ritual memohon keselamatan di sana, kemudian sisa malam
kami habiskan di 0 km, benteng Vandenburg.
Kebersamaan malam itu kami akhiri
dengan sahur bersma di warung non stop, yang kami sebut dengan burjo teteh.
Dan malam itu benar-benar malam
terakhir kami bersama-sama. Berikutnya, Putri dan Della benar-benar
meninggalkan kami.
Satu hal harapan kami, pertemuan
secara lengkap. Ketika Della dan Putri kembali ke Jogja untuk menyelesaikan
urusan dengan kampus, kami merencanakan lagi sebuah pertemuan, dan kali ini
denngan mas Fa.
Maunya sih semalam suntuk, tapi
kondisi kami tidak memungkinkan, maka kami memutuskan untuk makan dan nongkrong
di House Of Raminten, Jalan Kaliurang.
Mas Fa, Eka Zonk, Ganden, Mas Bit, dedek Yanu, Della, Putri, dan aku.
Dan malam itu, benar-benar kali terakhir
kami bisa berkumpul. Benar-benar berkumpul.
Tak butuh banyak waktu untuk kami
berikrar saling komunikasi, karena pada dasarnya kami memang menyadari kasih
sayang di antara kami.
Persahabatabn itu sederhana,,,
Sesederhana komunikasi yang kami lakukan sampai saat ini. Sesederhana
kami mengangkat handphone, merangkai huruf untuk dibaca bersama.
Kami memang tak lagi pernah
berkumpul bersama, tapi kami adalah satu keluarga kecil yang selalu bertemu di
satu dunia maya, yang saling mendukung, yang saling menyayangi.
Pesahabatan itu sederhana,,,
Sesederhana kami saling
menghargai kesibukan kami masing-masing.
Sri, yang telah mendahului pergi
untuk menyampaikan ilmunya pada murid-murid di Batang, Pekalongan. Fia yang wiyata
bakti di SD di kampung halaman. Della yang juga bergelut dengan siswa-siswanya
di Bogor. Putri yang menjadi mbak-mbak pegawai bank di Jakarta. Eka Zonk dan
Ganden yang bergelut dengan pekerjaan di Tomoho. Mas Fa, Mas Bit, dedek Yanu,
Mas Yudha, dan Khares yang berjuang menyelesaikan studi. Dan aku sendiri
melanjutkan perjuanganku di instansi swasta, bercengkrama dengan siswa SD.
Persahabatan itu sederhana,,,
Sesederhana waktu luang kami yang kami manfaatkan untuk memberi kabar
pada masing-masing sahabat.